PROYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKUR H2M TUBABA LAMPUNG DIDUGA MANIPULASI SARAT KORUPSI

lampungviral.id, Tulang Bawang Barat – Proyek Pembangunan Infrastruktur Hunian Hijau Masyarakat (H2M) Tulang Bawang Barat (Tubaba) Kabupaten Lampung Tahun Anggaran 2023 di 5 lokasi diduga dimanipulasi dan sarat korupsi.

Kurangnya informasi dari kontraktor pelaksana, pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia pelaksana teknis kegiatan (PPTK) memperkuat dugaan adanya kolusi oleh pihak-pihak terkait sejak perencanaan proyek hingga penyelesaian pekerjaan.

Proyek dukungan Dinas Perumahan, Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Provinsi Lampung untuk tahun anggaran 2023, senilai hampir 200 juta dalam bentuk paket pekerjaan, sebelumnya ditemukan di pekarangan sebuah rumah warga.di desa Mulya Asri Kabupaten Tulang Bawang Tengah dalam keadaan yang tidak wajar jika melihat anggaran dan hasil yang ada.

Lima proyek seperti taman bermain anak-anak diinvestasikan dengan anggaran hampir 200 juta untuk satu lokasi hanya membangun bangunan berupa halaman berlantaikan paving blok, memiliki fasilitas ayunan besi, plosotan anak-anak, kotak sampah organik dan non organik, serta gapura mini dan prasasti.

Selain itu, sejumlah proyek juga tengah dipertanyakan oleh bank swasta, karena gedung H2M terletak di atas tanah perumahan yang dijamin oleh bank, dan tanah tersebut juga diawasi karena sudah lama jatuh tempo waktu.

Seperti disebutkan sebelumnya, ditengarai terdapat permasalahan dan peluang terjadinya korupsi di kalangan pihak-pihak yang terlibat. Selasa (7/11/ 2023), beberapa pegawai Dinas DPKPCK Provinsi Lampung mendatangi lokasi dan menggelar rapat tertutup di Dinas Tubaba Perkimta.

Diketahui sebanyak lima lokasi pembangunan H2M tersebut total anggaran yang digelontorkan melalui paket pengadaan langsung senilai 1 Miliar dengan masing-masing kegiatan sebesar 200 juta, diduga hasil yang terealisasi tidak wajar.

Pengakuan seorang tanaga pekerja yang mengerjakan proyek tersebut, jika dihitung sesuai fakta masing-masing proyek senilai hampir 200 juta tersebut hanya menghabiskan anggaran tidak lebih dari 50 juta.

“Kami dikasih borongan upah sebesar 13 juta saja. Kalau dihitung bangun ini kisaran hampir 40 juta,” ujar seorang pekerja yang enggan disebut namanya.

Hingga berita ini kembali diterbitkan, pihak dinas terkait belum berhasil dikonfirmasi.

 

Artikel ini sebelumnya telah terbit di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *